Kamis, 28 Desember 2017

Minggu, 24 Desember 2017 JNE seolah tak pernah kekurangan semangat berbagi.  Setelah berbagai rangkaian event pemecahan rekor MURI, Shooping Kids dan kemarin JNE kembali mewujudkan tagline "Connecting Happiness" dengan berbagi keceriaaan bersama 54 anak Panti  dan penyandang disabilitas dari 18 Panti Asuhan di Malang.  Bukan itu saja, pada event kali ini JNE juga mengundang 450 karyawan, 10 Top Member JLC, Top 10 Customer Coorporate serta 60 Mitra Sales Counter, dari berbagai wilayah di Malang- Batu- Blitar.

Owner JNE Malang dan Dewan Komisaris JNE

Acara yang berlangsung megah dan meriah dengan bintang tamu Tiga Tuan, Tani Maju dan OM Baladewa ini diselenggarakan di Lembah Dieng Malang.  Sebuah tempat yang pernah menjadi destinasi wisata favorit anak muda di tahun 1999.  Event yang diwarnai dengan berbagai games, hiburan musik, foodtruck dan photobooth ini, bertabur hadiah.  6 buah sepeda motor dan 6 buah sepeda gunung serta puluhan hadiah menarik lainnya disediakan untuk para peserta.

Tampaknya JNE memang selalu menjaga komitmennya untuk selalu berbagi dan membantu pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah lewat setiap kegiatan dan layanan produknya.  Seperti disampaikan oleh Presiden Direktur JNE, M. Feriadi bahwa JNE telah menjadi penghubung berbagai daerah yang berjauhan dan membuka potensi-potensi lokal di daerah yang terkendala logistik.  Kehadirannya tidak hanya sebagai perusahaan ekspedisi tetapi juga memiliki semangat membangun negeri, sesuai tema hut kali ini "Mewarnai Indonesia"



Pada kesempatan itu, Branch Manager Cabang Malang Windhu Abiworo, menyampaikan rasa terimakasih sebesar-besarnya dari owner JNE Malang (Hj.Darmini) serta segenap Dewan Komisaris JNE Malang, untuk seluruh karyawan JNE, Mitra bisnis, pelanggan maupun anak-anak panti asuhan binaan JNE.  Menurut Bapak Windhu tanpa dukungan mereka JNE tidak akan besar seperti sekarang.

Ucapan yang disambut pekik semangat dan rasa syukur ini membuat sebagian hadirin yang datang menitikkan airmata. 
7

Jumat, 15 Desember 2017

Tak satu ibupun ingin anaknya sakit, termasuk saya.  Namun tatkala Allah berkehendak lain, sanggupkah kita menolak?  Ataukah kita akan marah atas garis takdir yang kita miliki? 

Marah dan menolak takdir bukanlah tindakan bijak, sebab siapa tau itu hanyalah ujian agar kita lebih kuat, kreatif dan ikhlas.  Bagaimana kita bisa belajar tangguh kalau hidup kita mulus bagai jalan tol?  Mungkin kita takkan pernah bisa memecahkan masalah karena kita tidak pernah berhadapan dengan masalah.  Inilah sebab mengapa saat ini saya lebih suka berdamai dengan keadaan.  Saya percaya apa yang Allah gariskan kepada keluarga kami adalah bentuk kasih sayang Allah pada kami, termasuk dengan diberikannya amanah seorang bocah yang sangat special.



Saat pertama harus menghadapi kenyataan bahwa putra kedua kami memiliki hipersensitivitas tinggi dan harus menghabiskan masa kecilnya di bangsal anak, kami begitu terpukul.  Kami seperti hilang akal mendapati demam yang tak kunjung turun hingga berbulan-bulan.  Kami begitu panik dan hampir stress dibuatnya.  Segala usaha kami lakukan untuk membuat putra kedua kami sehat, mulai cara medis hingga cara yang tidak masuk akal (minum rendaman air bertuliskan huruf arab gundul).  Suhu tubuhnya mencapai 42 derajat celcius.  Matanya tampak berair terus dengan wajah merah seperti kepiting rebus.  Sementara jari, kaki dan telinganya sedingin es.  Tubuh mungilnya tampak lemah lunglai meski tak ada tangis yang keluar.
Keluar masuk rumah sakit bukan lagi hal besar untuk kami.  Bahkan rumah sakit seperti rumah kedua bagi kami. Uh..uh..kebayangkan betapa rempong dan paniknya kami?  Kami berontak, marah pada nasib..namun semua itu tak mampu memberi kesembuhan.  Akhirnya kami hanya bisa pasrah dan ikhlas.  Kami hanya melakukan ikhtiar untuk kesembuhan buah hati kami.

Ternyata ikhlas justru membuat kami lebih bijak dan lebih siap menghadapi apapun yang Allah tetapkan atas kami.  Kami belajar ikhlas dari bocah kecil yang tak pernah menangis pun rewel menghadapi sakitnya.  Dia tersenyum, dia memotivasi ayah bundanya agar terus semangat dan yakin akan kekuatannya.  Hmm..jika bocah kecil saja mampu, kenapa kita yang dewasa mudah putus asa?

Dari situ kami akhirnya belajar.  Menikmati setiap proses, mencari tau bagaimana cerdas tangani demam pada anak.  Ada berbagai metode menurunkan panas tubuh pada anak menurut dokter salah satunya adalah dengan menempelkan tubuh bayi dengan tubuh sang Ibu., namun yang terpenting perhatikan beberapa tips berikut:
  1.  Hindari panik.  Panik hanya akan membuat pikiran kita terlalu pendek.  Slow saja sambil memeriksa bagian tubuhnya dengan seksama
  2.  Siapkan kompres.  Kompres air biasa efektif untuk meredakan panas sementara.  Lakukan terus untuk menjaga agar suhu tubuh stabil
  3. Siapkan obat penurun panas yang sesuai dengan usianya.  Untuk anak-anak Tempra Syrup  adalah pilihan terbaik.  Rasanya yang manis dengan aneka rasa buah yang disukai oleh anak, selain itu produk ini juga aman di lambung, dengan dosis tepat .  Penurun panas Tempra tidak perlu dikocok, larut 100%.  Berikan pada anak yang panas dengan interval pemberian setiap 4 jam
  4. Peluk tubuhnya dengan penuh kasih.  Langkah ini secara tidak langsung mampu mentransfer panas di tubuh anak ke tubuh kita.  Bukan itu saja, pelukan juga bisa semakin mendekatkan anak dengan ibu.  Kedekatan yang mungkin jarang kita jalin.
  5. Berikan air putih sesering mungkin untuk mencegah anak kekurangan cairan (dehidrasi)
  6. Bawa anak ke klinik terdekat bila panas tak kunjung turun setelah 3 hari, agar bisa diperiksa penyebabnya dengan tes darah.
  7. Bila anak punya riwayat kejang, jangan tunda memberi obat panas saat suhu tubuhnya mencapai 38 derajat celcius.

Semoga tips ini dapat memberi manfaat buat para bunda dalam menangani demam.

Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra

9

ASUS OLED WRITING Competition

atau

Intellifluence

Intellifluence Trusted Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Part of BloggerHub

Total Absen


Pengikut