Istriku jagalah hatimu.
Karena di dalamnya ada cintaku untukmu.
Istriku...tundukan pandanganmu, agar tak satu lelakipun
menikmati kecantikan wajahmu selain aku
Jangan kau biarkan satu kumbang manapun menyesap madumu
Jangan kau biarkan satupun virus cinta menguasai otakmu,
karena aku tak bisa membayangkan bagaimana menjalani hidup tanpamu
Aku takkan mampu melihatmu tenggelam dalam balut panas
neraka jahanam
Aku takkan mampu bertahan mendengar jerit pilu akibat cinta
yang terlarang
Lihatlah..dunia sudah semakin gila
Banyak pria dan wanita membuta karena cinta
Ada suami yang berselingkuh dan ada juga istri yang
berselingkuh dengan suami orang
Nauzubillahi min dzalik... aku tak ingin kau menjadi bagian
golongan itu
Aku ingin kau menjaga hatimu hanya untukku seperti halnya
hatiku hanya untukmu
Rinaldi
tertunduk sedih, mengingat kisah yang didengarnya dari seorang rekan
kerjanya. Tak pernah ia menduga Boy yang
selama ini terkenal arif dan tekun beribadah bisa terjerat cinta yang terlarang
dengan seorang wanita bersuami.
“Boy...Boy...,
apa yang sesungguhnya ada di pikiranmu saat itu? Bukankah kau katakan bahwa istrimu adalah
wanita yang sempurna di matamu...bahkan terlalu sempurna?” tanyaku hampir tak
percaya.
***
Boy
adalah pria mapan yang terkenal romantis di kalangan keluarga, kerabat dan
rekan kerjanya. Tak pernah sekalipun dia
mengeluhkan kehidupan rumahtangganya.
Selama ini hanya pancaran kebahagiaan yang terlihat di wajahnya, sampai
suatu ketika dia bertemu dengan Resty, wanita di masa lalunya.
Resty
Handayani adalah seorang wanita yang cukup cemerlang karirnya. Kepribadiannya yang
ramah, supel, namun tegas membuat Boy yang saat itu masih menyimpan cinta padanya
kembali berdebar hatinya. Pertemuan yang
tak sengaja di sebuah beranda Facebook tanpa mampu dicegah membuat rasa
kagumnya kembali menari nari dalam hati dan pikirannya.
Berawal
dari sebuah komentar di beranda facebooknya, percakapan berlanjut ke ruang
chat.
Boy : “ Apa kabarmu jeng J?”
Resty :” Baik mas Boy... J..
mas Boy, apa kabar? Sudah berapa anaknya?”
Awalnya
hanya bincang ringan, lama kelamaan Boy mulai mengulik perasaannya
Boy :” Kamu terlihat makin cantik dan matang
Jeng... sepertinya hidupmu bahagia J”
Resty :” Sawang sinawang mas.. hidup ini adalah
panggung sandiwara dan aku hanya lakon di dalamnya. Tak ada yang sempurna”
Semakin hari percakapan semakin
intim. Percakapan merambah ke jaringan
pribadi (JAPRI) via Blackberry mesengger kemudian Boy mulai berani tuk mengungkapkan perasaan
hatinya di masa lalu yang belum sempat terucap via telepon. Resty mendengarkan sambil sesekali tertawa
renyah seolah tak percaya.
Ah, entah setan dari mana yang
merasuk di pikiran Boy, sampai dia berpikir tu menjalin hubungan cinta dengan
Resty yang telah bersuami dan beranak dua.
Boy pun tak mengira kalau ternyata Resty pun punya hati padanya dulu dan
menyimpannya sampai saat itu.
Cinta..oh
cinta. Sebuta itukah hingga akal tak
lagi menjangkaunya.
Mereka
sadar bahwa hubungan itu tak layak untuk di jaga, tak halal untuk dimiliki,
namun nafsu berkata lain. Nafsu membuat
apa yang tak mungkin menjadi mungkin.
Namun seperti kata pepatah, serapat apapun menyimpan bangkai baunya akan
tercium juga.
Bulan
istri Boy mulai mencium gelagat tak jujur suaminya. Dengan perasaan cemas dia memberanikan diri tuk
bertanya pada sang arjuna...benarkah apa yang dicemaskannya saat itu. Bulan tak mengira bahwa Boy akan berkata
dengan jujur. Dia tak mengira bahwa Boy
justru meminta ijinnya untuk berpoligami.
Sesak
menghantam jiwa seolah tubuh terhimpit batu besar.
“Rabb
, betapa berat ujianmu kali ini...” rintihnya dalam doa.
“Aku
tau Ya Rabb, poligami bukanlah hal yang diharamkan, tapi wanita itu adalah
istri orang...tunjukkan kesalahanku sampai suamiku harus melirik wanita lain”
tangisnya terisak.
Boy
tak kuasa melihat istri yang selama ini dikasihinya menangis. Dia sadar betul, betapa sabar istrinya,
betapa banyak toleransinya terhadap setiap hobi dan semua yang dia
lakukan. Boy merasa sangat bersalah dan
malu..namun dia juga berat untuk melepas Resty, terlebih Resty berjanji untuk
bercerai dengan suaminya agar bisa menikah dengan Boy.
Bulan
terus saja terisak, dia menatap suaminya
dengan sorot kekecewaan. Hatinya meronta
seolah ingin memukul dan mencakar suaminya...tapi tangannya tak mampu
melakukannya. Bulan tak sampai hati.
Sikap
bulan justru membuat Boy semakin merasa bersalah,”pukullah aku dik, tamparlah
suamimu yang tak punya hati, yang telah ejam dan membuatmu menangis. Tapi jujur aku ta kuasa dik, aku tak kuasa tuk berpisah lagi dengannya”.
“Aargghhh.....hiks..teganya
mas berkata begitu padaku, di mana hati nuranimu mas? Kau kemanakan rasa
malumu? Dia sudah bersuami...” ratap bulan.
“
Bila memang kau ingin berpoligami...ijinkan aku tuk mencarikan jodoh untukmu. Seorang wanita sholeha yang nantinya mampu
menggantikanku sebagai ibu dari anak- anak kita” pinta Bulan.
Boy
hanya tertunduk dan menggeleng, “ Tidak Dik, au tak inginkan wanita yang lain
karena hanya dia yang kuinginkan”
Bulan
lemas terjatuh mendengar jawaban Boy.
Bagaimanakah
hubungan Boy dan Bulan selanjutnya??
TO
BE CONTINUED