Sabtu, 07 September 2013



“Tuhan, kalau boleh aku memilih...biarlah aku memiliki apa yang sudah kumiliki saat ini(Farhan).”
Begitulah pintaku saat aku hamil untuk yang kedua kali di luar perencanaan kami.  Secara psikologi aku memang belum siap untuk kembali hamil. Himpitan ekonomi yang kami alami membuatku begitu gamang, terlebih lagi statusku sebagai menantu yang belum diakui keberadaannya.  Bagaimana nasib anak-anakku kelak, bila mereka tidak mendapat pengakuan dari keluarga suamiku? 

Kehamilan ini memang di luar rencana.  Alat kontrasepsi yang kugunakan tak berfungsi maksimal sepertinya.  Sementara putra sulungku masih berusia 2 tahun dan sering sakit-sakitan.  Tak terbayang bagaimana hari-hariku esok dengan hadirnya anggota baru di keluarga kami.
Sejak trimester pertama kehamilan, tubuhku cenderung lemah dan sering sakit, tak seperti kehamilanku yang pertama.  Hingga mendekati waktu kelahiran aku tak jua merasakan tanda-tanda akan lahir. Ada ketakutan yang menderaku...takut akan datangnya ajal seperti saat persalinan pertamaku dulu.  Mungkinkah persalinan ini akan menjadi waktu terakhir untukku?  Berbagai pikiran negatif berputar dalam otakku.  Rasanya aku belum puas memeluk dan menjaga sulungku, haruskah aku meninggalkannya kali ini?
Kehamilanku memang kehamilan yang beresiko, karena tulang panggulku yang sempit proses kelahiran harus melalui bedah cesar.  Sementara tubuhku tidak kuat dengan bius epidural yang disuntikkan ke dalam punggungku hingga selalu membuatku tak bisa bernafas hingga jantungku pun berhenti berdetak.  Pengalaman ini sungguh membuatku takut menghadapi persalinan.
Tepat jam 22.00 WIB, melalui sebuah operasi cesar di sebuah rumah sakit Angkatan Darat, lahirlah sesosok bayi laki-laki mungil nan tampan, berkulit putih yang akhirnya kuberi nama Favian Attar Firdaus.  Bayi yang sempat kuragukan statusnya sebagai anakku.
 
Aneh ya?  Biasanya seorang ayah yang meragukan apakah seorang anak itu anaknya atau bukan.  Tapi ini seorang ibu yang memang dari rahimnyalah Allah menitipkan anak-anak yang harus didik dan dijaga.
Aku memang sempat meragukan kalau bayi itu adalah putraku.  Aku berpikir mungkin saja dia adalah bayi yang tertukar, karena ada beberapa proses persalinan kala itu.  Apalagi bayi itu berkulit putih dan tampan, tidak seperti kulit kami yang coklat.  Matanyapun sipit tidak seperti mata kami.  Perawat dan Bidan meyakinkanku bahwa itu memang putraku.
Saat kepulanganku dan bayiku, aku melihat ada keanehan padanya.  Tubuhnya kuning.  Aku mencoba menanyakan pada bidan yang bertugas, namun dia meyakinkanku bahwa itu adalah gejala yang normal dan akan hilang dengan sendirinya bila dijemur dan diberi asi yang banyak.
Ternyata semakin hari tubuhnya semakin kuning, nafasnya sesak dan fesesnya cair.  Aku pun membawanya ke rumah sakit.  Dokter menyarankan untuk rawat inap karena kondisinya.  Sejak itu kondisinya selalu berada dalam pantauan dokter.  Keluhan demi keluhan acap terjadi.  Tubuhnya sering batuk dan sesak.  Sampai suatu ketika tubuhnya membiru karena kekurangan oksigen.  Bayiku mengidap Bronchopneumonia.  Penyakit mengerikan yang banyak merenggut jiwa kecil tak berdosa.
“Tuhan...dosa apa yang kulakukan hingga menerima cobaan ini?”tanyaku dalam hati kecilku seolah tak pernah berbuat dosa.  Hari demi hari, bulan demi bulan dan tahun demi tahun berikutnya kuhabiskan di sekolah kehidupan yang bernama Rumah Sakit.  Bayi kecilku nan tampan sering sekali menginap di sana setiap kali flu melandanya.  Kepalanya panas hingga berbulan-bulan lamanya. Sedikit  saja tubuhnya terpapar virus, dapat dipastikan bahwa kami harus kembali belajar di sekolah kehidupan.
Aku merasa hidupku terampas.  Waktuku tersita, sulungku terlantar.  Percayakah teman?  Ada seorang ibu yang benci pada anakknya yang tak berdosa? Itulah aku.  Aku membencinya.  Karena telah memisahkanku dengan putra sulungku dan memenjarakanku dalam rumah sakit bertahun-tahun lamanya.
Ada rasa lelah yang menderaku.  Jenuh dan bosan menghadapi kehidupan rumah sakit yang tampak sama dan tak menyenangkan buatku.  Sampai suatu ketika aku dipertemukan dengan sesosok ibu yang begitu tabah dan sabar.  Dia menghabiskan waktunya bersama putri kecilnya yang juga mengidap bronchopneumonia dan kelainan pertumbuhan.  Di usianya yang menginjak 5 tahun putrinya belum bisa berjalan dan bicara.  Tubuhnya kecil dan lemas tak bertenaga.  Namun wanita ini menyayanginya dengan sepenuh jiwa, mendampinginya seorang diri.
Aku belajar...aku belajar padanya.  Hingga membuatku merasa malu dan bersalah pada putra kecilku yang tak berdosa, yang tak kuberi kasih sayang dan tempat di hati.  Sepertinya bayiku dapat merasakan perasaanku, hingga dia tak mau denganku.  Dia hanya akan tidur bila sang ayah mendekapnya.  Dia tidak mau meminum air susuku.  Dia tak pernah menangis walau sakit menderanya.  Dia hanya bisa tersenyum dan tertawa.  Dia yang selalu menguatkanku kala sedih menderaku, meyakinkanku untuk kuat dan tak menangis, meyakinkanku bahwa kesembuhan dirinya pasti tiba dan dia kuat menjalani sakitnya.
 Favian Dalam Pelukan Sang Ayah
 
Subhanallah...bocah berusia 2 tahun sudah bisa berkata seperti itu.
Sampai pada suatu hari, Allah hampir mengambilnya dariku.  Tubuhnya diam tak bergerak.  Tak kurasakan hembusan nafasnya, sementara detak jantungnya begitu lemah.  Rabb...apa yang terjadi dengan putra kecilku?
Mungkinkah Allah marah karena aku telah menyia-nyiakannya selama ini dan hanya menyayangi sulungku?
Tiba-tiba aku begitu sedih dan takut kehilangan, dokter dan perawat begitu panik melihat kondisi putraku dan aku yang mulai lemas lunglai.  Hampir tak ada harapan.  Berbagai cara tak mampu menyadarkan putraku dari tidur lelapnya.  Terlihat betapa dia begitu damai.
Please ...Rabb!  jangan ambil putraku.  Aku menyayanginya!  Aku memang bersalah...tapi ijinkan aku bertukar nyawa dengannya.  Doaku dalam hati.  Kudekati wajahnya yang mulai dingin, kucium dengan bertubi-tubi.  Kubisikkan di telinganya,”Bangunlah nak,  Bunda amat sayang padamu.  Bunda tak ingin kehilanganmu sayang.  Kembalilah... kepelukan bunda!”
Air mata mulai menetes deras di pipiku.  Dokter dan perawat segera melakukan tindakan penyelamatan kembali, saat air mataku jatuh membasahi pipinya...bocah kecil itu membuka matanya perlahan.  Tatapan matanya begitu bersinar penuh bahagia, senyum manis tersungging di bibirnya.  Terdengar suara lirih dari bibir mungilnya...
“Bunda...jangan sedih.  Adek sehat, adek hanya tidur, katanya lemah dan diapun memejam kembali.  Selang-selang oksigen dan infus mulai terpasang di tubuhnya.  Malam itu dan 9 malam berikutnya kami menghabiskan waktu di rumah sakit untuk menjaganya.
Tahukah teman, tak ada masalah tanpa jalan keluar, tak ada penyakit tanpa obat, tak ada siang tanpa malam, tak ada terang tanpa gelap.  Aku menjalani masa-masa kelam hidupku yang jauh dari keluarga dan kasih sayang, mengalami saat-saat penolakan dari mertua, mengalami masa-masa sulit ekonomi yang kupikir begitu berat bagiku.
Perlahan...saat aku mulai menyayanginya, saat aku mulai belajar menerima hidup, gelap berubah menjadi terang, hidupku menjadi lebih bermakna, rezeki mengalir begitu deras, masalah demi masalah terpecahkan satu persatu.
Allah mendatangkan ujian bagiku agar aku kuat dan dia memberikan Favian Attar sebagai penawar luka, sebagai penghiburku di kala sedihku.  Sosok kecil yang dulu sempat kutolak hadirnya justru memberiku kekuatan yang luar biasa padaku.  Dia memujiku, dia menguatkanku, dia menyanjungku dan menghiburku dengan caranya.
Saat ku sibuk, ditawarkannya bantuan
Saat ku bersedih diusapnya air mataku sambil menguatkanku dengan kasih sayangnya
Sosok itu adalah anugrah Allah untukku
Sosok itu kini selalu mengisi hari-hariku
Kutuliskan tentangnya di setiap lembar kisah yang kugoreskan
Kuselipkan doa di setiap hela nafasku untuknya dan sulungku
 Favian dan Sang Kakak M. Farhan
Sepertinya dia terlahir dengan kasih sayangnya yang besar pada sesama mahluk ciptaan Allah.  Dia begitu sayang tidak hanya pada temannya, tetapi juga pada semut yang acap menjadi ancaman bagi jiwanya.
Pernah suatu hari rumah kami diserang semut yang sedang migrasi.  Besar sekali.  Khawatir akan menggigitnya, aku menyapu semut-semut itu keluar.  Tapi apa yang terjadi?
Favianku melarangku, katanya aku akan menyakiti semut-semut itu dengan menyapunya.  Diambilnya semut itu satu persatu lalu diletakkan dalam genggamnya untuk dipindah ke luar, namun kuambil dengan paksa karena khawatir semut akan menggigitnya dan membuat tubuhnya bengkak seperti dahulu dan membuat nafasnya terhenti.  Favian begitu bersedih, dia pergi membawa semut-semut itu ke balik korden rumah.
 Favian selalu Ceria
Kudengar suara isak tangisnya, lamat-lamat kudengar dia berbincang dengan semut
“semut..maafkan bundaku ya, ...hiks kamu sakit ya disapu Bundaku?  Bundaku sebenernya baik..maafin ya.  Kamu sekarang pergi yang jauh biar tidak disapu bunda”
Tak jarang aku melihatnya menyuapi semut-semut bessar itu, meberikannya tempat tidur dan menina bobokannya.  Pun demikian dengan binatang lainnya, ulat, kucing, ayam, burung dan ikan.  Dia selalu menyempatkan untuk berbincang dengan hewan-hewan itu.  Pertanda apakah ini?
Aku belajar banyak dari sosok kecil itu, tentang keyakinan, kesabaran, keikhlasan dan kekuatan dan kasihsayang.  Sering sekali dia membisikkan kata-kata agar aku selalu sehat dan kuat sambil mencium pipiku.
Setiap dia terbangun dari tidur, ucapan salam tak pernah luput dari bibirnya
“assalamu alaikum Bunda... Adik sudah bangun” katanya lembut.  Atau tak jarang di memanggilku dengan panggilan Bundaku sayang,  jaga kesehatan ya...jangan capek-capek biar ngga sakit.
Subhanallah... rasanya meski puluhan pena bertinta kugunakan tuk menggoreskan tintanya, takkan pernah cukup tuk melukiskan rasa syukurku memilikinya.  Dia yang dulu hadirnya kuanggap sebagai ujian ternyata adalah anugrah yang Allah hadiahkan padaku.  Dibalik setiap pengorbananku untuknya ada setangkup bahagia yang dia berikan padaku.
            Terima kasih Ya Rabb...kau beri aku kesempatan untuk menjaganya dengan sepenuh jiwaku.


0

Kamis, 05 September 2013

Update hari ke-10: 
  • Tema : Jakarta, Diplomatic City of ASEAN
  • Indonesia adalah negara terakhir yang dijadikan tema dalam lomba Blog #10DaysforASEAN yang diadakan oleh ASEAN Blogger Chapter Indonesia bersama dengan beberapa sponsor di antaranya US Mission.
  • Untuk tema kali ini dipilih Jakarta, ibukota negara Indonesia, yang juga menjadi markas ASEAN Secretary bertempat di Jalan Sisingamangaraja 70 A, Jakarta Selatan.  Keberadaan markas ASEAN Secretary di Jakarta merupakan suatu kepercayaan bahwa Indonesia bisa menjadi penghubung antar negara-negara anggota ASEAN atau Diplomatic City of ASEAN.
  • Menurut teman-teman blogger mengapa Jakarta bisa terpilih sebagai Diplomatic City of ASEAN? Apa dampak positif dan negatifnya bagi Indonesia khususnya Jakarta? Kesiapan apa saja yang perlu dilakukan oleh Jakarta sebagai tuan rumah dari Perhimpunan Bangsa-bangsa ASEAN?
  • Tuliskan pendapat teman-teman tentang Jakarta, Diplomatic City of ASEAN ini dalam satu postingan menarik di blog, lalu twitt dengan #10daysforASEAN, mention @aseanblogger dan 

Jakarta Diplomatic City of ASEAN

Tantangan hari terakhir ini memang berbicara tentang negara Indonesia dan sudah semestinya sebagai warga negara yang baik kita menguasai tema ini, namun tak dapat saya pungkiri bahwa tema terakhir ini terasa begitu berat bagi saya.
Sebagai wanita kelahiran Jakarta saya cukup berbangga dengan dipilihnya jakarta sebagai Diplomatic City Of ASEAN.  Bagi saya ini merupakan sebuah prestasi dan kepercayaan besar yang harus diemban, karena dengan dipilihnya Jakarta sebagai sekretariat  ASEAN artinya Jakarta memiliki nilai positif di mata dunia internasional dan cukup layak dalam segi infrastruktur.
                Kantor Sekretariat ASEAN Jl. Sisingamaraja No. 70A Jakarta Selatan

Dipercayanya jakarta sebagai Diplomatic City tentu bukan tanpa alasan.  Saya melihat pemilihan ini berdasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1.  Posisi Jakarta merupakan lokasi yang sangat strategis untuk dijadikan sekretariat, karena terletak di pusat pemerintahan sebuah negara berkembang yang cukup di akui di mancanegara.  Mudah dijangkau dari negara manapun dan hanya membutuhkan waktu beberapaling lama delapan jam dari Beijing maupun New Delhi, 20 menit dari Singapura dan 6 jam saja dari Sydney.  Sehingga mudah dijangkau bila masing-masing perwakilan negara akan melakukan kunjungan ataupun pertemuan
2.  Jakarta merupakan salah satu kota di indonesia yang memiliki pesona dan daya tarik wisata dengan infrastruktur yang memadai dan sangat mendukung untuk dijadikan kantor pusat lembaga ASEAN
Indonesia merupakan salah satu pemain dengan tingkat ekonomi paling tinggi di wilayahnya
3.Indonesia memiliki kekuatan dan peluang yang besar dan posisi strategis  sebagai member G-20
4.  Jakarta merupakan tempat tinggal terbaik bagi ex patriat.  Pusat ekonomi dan pusat perdagangan dan surganya kuliner.  Sehingga sangat cocok untuk dikunjungi
 5.  Jakarta mendapatkan nilai akreditasi A sebagai salah satu kota di Indonesia yang patut untuk dijadikan pusat administrasi

Pemilihan ini tentu saja memiliki dampak positif dan negatif bagi indonesia sendiri.  Salah satu  dampak positifnya adalah pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat dan berkembang, dan pemodal asing akan lebih banyak lagi untuk menginvestasikan modalnya ke indonesia.  Sektor pariwisata akan semakin maju dan meningkat, kerjasama pendidikan pun akan lebih mudah terselenggara.  Dengan adanya kantor ASEAN di Jakarta, pemerintah akan selalu meningkatkan perbaikan fasilitas layanan umum, karena kota ini akan menjadi sorotan dunia internasional
Namun demikian ada dampak negatif yang juga dirasakan, dimana salah satunya adalah kesenjangan sosial akibat terfokusnya pembangunan di jakarta.  Beberapa wilayah akan merasa dianaktirikan sehingga rentan perpecahan antar daerah.

Untuk meminimalisasi dampak negatif yang muncul, pemerintah harus bisa menciptakan pemerataan bagi rakyatnya dengan memperbaiki dan membangun daerah-daerah yang memang sangat membutuhkan perbaikan fasilitas dan infrastruktur.  indonesia juga harus mempersiapkan diri dalam menangkal pengaruh buruk akibat penempatan sekretariat di pusat Ibukota negara ini
Indonesia juga harus mampu mempersiapkan tenaga-tenaga yang potensial untuk bisa membangun dan mempersiapkan kota ini sebagai tuan rumah Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara.  menjaga stabilitas keamanan dan politik.  karena bila tidak, tentu akan sangat menjadi kendala bagi indonesia untuk bisa menjalankan peran dan kepercayaan yang diberikan padanya.   Indonesia harus bisa menjalin hubungan baik antar negara-negara tetangga dan anggota ASEAN lainnya demi menyelesaikan konflik-konflik yang ada.

0

Rabu, 04 September 2013

KTT ASEAN yang berlangsung pada bulan April 2013 lalu mengangkat tema "Menyatukan rakyat, Menciptakan Masa Depan"  dengan bertolok pada Tiga pilar, yaitu Persatuan keamanan, Persatuan Ekonomi dan Persatuan Sosial dan Kebudayaan.  Bagaimanakah ketiga pilar tersebut dapat mewujudkan tujuan Pembangunan Badan Persatuan ASEAN? Mampukah negara-negara ASEAN mewujudkan Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan?

Pembangunan  badan persatuan ASEAN ditujukan untuk menciptakan persatuan di antara rakyat antar anggota ASEAN demi terwujudnya kesatuan dan persatuan di kawasan Asia Tenggara.  Implementasinya dapat dilakukan dengan meningkatkan perssatuan ekonomi, ketahanan keamanan dan dan persatuan Sosial Budaya.  Mengenai bagaimana ketiga pilar tersebut dapat berpengaruh menurut pendapat saya adalah sebagai berikut:
menyatukan rakyat menciptakan masa depan adalah hal yang sangat tepat dan masuk akal.  Karena dengan adanya persatuan di segala hal maka setiap permasalahan yang ada akan menemui penyelesaian dengan kesamaan visi dan misi, namun sebaliknya negara-negara ASEAN akan sulit mewujudkan tujuan dan masa depan yang baik  bila masing-masing masih terkotak dengan ego masing-masing.  Perselisihan demi perselisihan hanya akan menimbulkan perang saudara dan pertikaian yang akhirnya akan berimbas pada perkembangan ekonomi dan sosial budaya tentunya.  Seperti halnya ketiga pilar berikut ini.
1. Persatuan keamanan
Situasi dan kondisi yang kondusif bagi suatu negara merupakan syarat mutlak terciptanya persatuan dan kesatuan.  Dengan menjaga dan menciptakan persatuan keamanan antara negara  akan membantu perekonomian di suatu willayah dan berjalannya kerjasama ekonomi antar negara dan sebaliknya. situasi keamanan yang buruk akan mengganggu perputaran roda ekonomi, sehingga investor enggan untuk menanamkan modal di wilayah tersebut.
 2. Persatuan Ekonomi
Persatuan ekonomi merupakan kunci keberhasilan dari kerjasama antar anggota ASEAN untuk menciptakan ASEAN yang maju.  Salah satu contohnya adalah dengan pembebasan pajak import dan investasi.  Dengan  memberikan kemudahan seperti ini maka perekonomian negara-negara di Asia tenggara akan semakin kuat dan maju dan siap menghadapi tantangan di era global ini.  Setiap negara bisa saling bertukar produk sebagai salah satu saranan meningkatkan hubungan dan kerjasama di bidang ekonomi.  Persatuan ekonomi dapat terwujud dengan persatuan keamanan yang baik, kondisi politik yang stabil dan dengan terciptanya perdamaian antar negara.
3. Persatuan Sosial Budaya
Bagaimana persatuan sosial budaya dapat membantu mewujudkan persatuan di ASEAN?  Biasanya dalam kehidupan sosial kita sering bertemu dengan teman senasib dan sepenanggungan, dari kesamaan tersebut umumnya kita akan saling memotivasi dan menguatkan satu sama lain. Begitu juga harapannya dengan negara-negara ASEAN yang pada dasarnya adalah bekas negara jajahan.  Latar belakang sejarah yang sama akan mendorong ASEAN untuk bersama-sama saling menguatkan dan harus saling menghormati satu sama lain.  Tidak saling menyakiti atau saling menguasai sehingga tumbuhlah rasa teposeliro dalam bahasa jawanya.
Kesamaan Budaya yang ada menunjukkan bahwa kita sebenarnya adalah satu keluarga yang harusnya saling mendukung.  Satu tersakiti, semua merasakan.  Satu bahagia...semua juga bahagia.  Sehingga kita dapat menjalin kerjasama dalam bidang pariwisata dan pendidikan untuk menciptakan kemajuan masing-masing.  Saling bertukar informasi dan saling berkunjung dan mempromosikan potensi pariwisata dan budaya.  Persatuan sosial budaya ini dapat menjadi kekuatan yang maha dahsyat demi terwujudnya persatuan rakyat dan terciptanya masa depan yang lebih baik.  Keanekaragaman budaya yang dimiliki negara ASEAN menjadi kekayaan yang tidak ternilai.  terlebih bila kita bisa menyelenggarakan paket wisata keliling ASEAN sebagai salahsatu pendidikan.

Ini bukanlah mimpi yang mustahil, asal kita mau menyatukan pikiran dan meletakkan kembali pada nilai-nilai moral yang dimiliki oleh pendahulu kita, berbekal peristiwa sejarah, kesamaan sosial budaya tak ada yang mustahil.
0

Selasa, 03 September 2013

  • Kebebasan berekspresi dan kebebasan informasi di negara-negara anggota ASEAN tidak sama. Beberapa negara, termasuk Indonesia, bebas atau longgar dalam hal kebebasan pers dan kebebasan berekspresi bagi para blogger, yang sekarang ini menjadi salah satu alternatif dalam penyebaran informasi atau jurnalis warga. Tetapi ada juga negara yang mengekang kebebasan berekspresi warganegaranya, dan ada negara yang memenjarakan blogger jika tulisannya menentang pemerintahan negaranya.
  • Bagaimana dengan Filipina? Apakah Filipina termasuk negara yang longgar dalam kebebasan berekspresi dan informasi bagi para warganegaranya, termasuk blogger atau jurnalis warga?
  • Tuliskan dalam satu postingan menarik bagaimana pendapatmu tentang kebebasan berekspresi dan kebebasan informasi di Filipina
 Terpasungnya Kebebasan Berekspresi Di Filipina

            Perkembangan teknologi dan informasi telah membuka jendela  untuk berkomunikasi antar negara.  Kita dapat berkomunikasi dan menyampaikan pendapat kepada siapa saja melalui media komunikasi yang marak belakangan ini, salahsatunya adalah jejaring sosial.  Tidak harus memiliki kartu pers untuk bisa membuat sebuah reportase atau opini tentang suatu hal, topik dan kejadian yang terjadi.  Namun tentu saja hal ini tidak sama untuk setiap negara, peribahasanya "lain lubuk lain ilalang" artinya beda wilayah tentu beda pula aturan mainnya.  Pun begitu dengan kebebasan berekspresi bagi negara-negara ASEAN.  Salah satunya adalah Indonesia.
           
           Indonesia saat ini merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat kebebasan berekspresi yang tinggi.  Siapapun berhak untuk mengungkapkan pendapatnya ke hadapan publik.  Tidak hanya wartawan( insan pers) melainkan ibu rumahtangga ataupun pelajar yang tergabung dalam komunitas blogger pun kini dapat melakukan liputan seperti halnya wartawan.  Ada lagi istilah pewarta warga yang acap mewarnai media-cetak yang beredar di Indonesia.  Namun kekebasan berekspresi di Indonesia bukan tanpa batas, karena ada undang-undang yang mengatur kebebasan berekspresi, salah satunya adalah UU RI No.11 yang mengatur tentang Transaksi elektronik dan Informasi.  Ada juga peraturan yang terkait dengan fitnah dan pencemaran nama baik yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
          Bagaimana dengan Filipina?  Adakah kebebasan berekspresi memiliki kelonggaran di negara ini?
          Filipina sebagai salah satu negara ASEAN merupakan negara yang menduduki peringkat ke-147 dalam hal kebebasan pers.  Negara ini dikenal sebagai negara paling demokratis namun paling berbahaya bagi jurnalis.  seperti yang dilansir oleh sebuah lembaga nirlaba internasional milik Amerika Serikat yaitu Committee to Project Journalist bahwa Filipina menduduki peringkat ke-3 sebagai negara paling berbahaya untuk jurnalis.  Peringkat ini bahkan bertahan hingga bertahun-tahun.  Tidak kurang dari 15 wartawan terbunuh di bawah kepemimpinan presiden saat ini.
           Hal ini merupakan cerminan kegagalan pemerintah dalam mewujudkan demokrasi dan kebebasan berekspresi.  Tentu saja bila dibiarkan berlarut-larut kondisi ini dapat memasung kebebasan berekspresi. 
       Terpasungnya kebebasan berekspresi di Filipina merupakan satu kondisi yang memprihatinkan dan beresiko menghambat perkembangan politik negara tersebut.  rakyat dan insan pers menjadi takut untuk mengungkapkan pendapat, opini maupun memberikan masukan yang positif bagi kemajuan Filipina.
           Profesi jurnalis menjadi profesi yang beresiko tinggi di negara yang pernah dipimpin oleh Corazon Aquino ini. Nah berhati-hatilah para blogger di negara ini karena nyawa dan keselamatan anda menjadi taruhan atas ekspresi yang anda ungkapkan.

Tulisan ini diikutkan lomba Blog #10daysforASEAN
           
0

Senin, 02 September 2013

  • Tahun 2015 diharapkan ASEAN menjadi satu komunitas tunggal, yang merangkul seluruh negara di ASEAN.  Namun di antara anggota ASEAN, ada juga yang memiliki sengketa antar negara, terutama terkait dengan perbatasan antar negara. Seperti yang terjadi dengan Singapura dan Malaysia.
  • Singapura mempunyai sengketa perbatasan dengan Malaysia pada pulau di pintu masuk Selat Singapura sebelah timur. Ada tiga pulau yang dipersengketakan, yaitu Pedra Branca atau oleh masyarakat Malaysia dikenal sebagai Pulau Batu Puteh, Batuan Tengah dan Karang Selatan. Persengketaan yang dimulai tahun 1979, sebenarnya sudah diselesaikan oleh Mahkamah Internasional tahun 2008, dengan menyerahkan Pulau Pedra Branca kepada pemerintahan Singapura. Namun dua pulau lagi masih terkatung-katung penyelesaiannya dan penyerahan Pedra Branca itu, kurang diterima oleh Masyrakat Malaysia sehingga kerap terjadi perselisihan antar masyarakat.
  • Bagaimana menurut teman-teman blogger penyelesaian konflik ini terkait dengan Komunitas ASEAN 2015? 
                Membangun sebuah komunitas serumpun merupakan sebuah langkah tepat dalam meningkatkan kerjasama antar negara tetangga.  Hal ini merupakan salah satu langkah dalam menjalin kembali silahturahmi yang pernah terputus.  Seperti halnya ASEAN, yang anggotanya  sebagian besar merupakan negara-negara satu rumpun.  Ada rumpun Melayu, dan China.  Sayangnya harapan kadang kala tak semudah kenyataan.  Konflik antar negara acap terjadi dan biasanya dilatarbelakangi oleh masalah perebutan wilayah dan kekuasaan yang akhirnya menimbulkan persinggungan politik, seperti yang terjadi pada negara Singapura dan Malaysia.
              Konflik antar dua negara yang sebenarnya merupakan negara satu rumpun ini dimulai sejak diterbitkannya peta Territorial Malaysia pada tahun 1979 yang kemudian  memicu penolakan dari pihak Singapura atas klaim kepemilikan pulau PedraBranca sebagai salahsatu wilayah territorial Malaysia.  Konflik yang akhirnya diselesaikan oleh Mahkamah Internasional ini akhirnya dimenangkan oleh Singapura setelah Mahkamah Internasional melakukan penyelidikan  kelengkapan
 dan bukti otentik yang menyatakan kepemilikan sah pulau tersebut dari masing-masing negara.  Namun hingga saat ini pihak pemerintah Malaysia masih belum bisa menerima keputusan tersebut. 
               Permasalahan-permasalahan ini bila dirunut  dari awal sebenarnya bukan masalah yang tidak bisa diselesaikan, hanya saja dibutuhkan kelegawaan dan jiwa besar dalam menerima suatu keputusan dan kedaulatan satu sama lain.
               Singapura  dahulu adalah bagian dari kesultanan Johor yang kemudian sejak wafatnya Sultan Mahmud III suksesi diserahkan kepada putranya yang bernama Hussein sedangkan Johor sendiri diserahkan kepada Putra sulungnya yaitu Sultan Abdul Rahman.  Dari sini jelas bahwa kedua negara ini pada awalnya adalah bersaudara.  Artinya permasalahan yang terjadi bisa diasumsikan sebagai perselisihan antar keluarga yang harusnya bisa diselesaikan dengan jalan kekeluargaan  Berkaca pada permasalahan yang terjadi pada batu Puteh ada hal yang menarik disana, bahwa  diakuinya pulau tersebut oleh Singapura adalah akibat sikap tidak peduli Malaysia sendiri terhadap pulau tersebut berpuluh tahun lamanya saat dikuasai oleh Singapura.  yaitu saat dibangunnya mercusuar di sana.

  •  





    Pun demikian dengan permasalahan yang terjadi dengan South Ledge.  Sama seperti kasus Pedra Branca atau Batu Puteh, penyelesaian masalah ini pun sebaiknya dilakukan dengan merunut kembali kepada suksesi yang ada, tentang asal muasal dan territorial wilayah tersebut.  Sesuai dengan perjanjian Anglo-Ducth  Pada bagian pasal 12 referensi umum yang berbunyi "the other island south of the straights of Singapore" yang merupakan sebuah indikasi bahwa semua pulau yang terletak di wilayah selat Singapura masuk ke dalam kekuasaan Inggris yang akhirnya diwariskan pada Singapura, termasuk di dalamnya adalah Batu Puteh. Singapura dan Malaysia harus mau duduk bareng sebagai saudara muda dan saudara tua.  keduanya seharusnya tidak lagi berselisih melainkan harus bekerjasama untuk memajukan warisan dari nenek moyang mereka.  Saling support dan menguatkan.  Singkirkan ego-ego untuk saling menguasai satu sama lain dan hormati kedaulatan masing-masing wilayah.  Melakukan telaah terhadap sikap yang sudah dilakukan pada wilayah tersebut juga dapat menjadi pertimbangan siapa yang lebih pantas memilikinya.
          Jangan menyalahkan siapapun saat wilayah kita harus direbut orang lain akibat ketidakpedulian kita terhadap wilayah tersebut.  Karena suatu wilayah tidak akan hidup dan berkembang tanpa sentuhan perhatian dan kasih sayang, terlebih bila wilayah tersebut berpenghuni.  Kedaulatan suatu wilayah adalah hak rakyat yang menempatinya untuk memilih.  Seperti halnya yang terjadi pada Timur Leste dan Middle Rock.
0

Minggu, 01 September 2013


        Posisi Laos dalam negara-negara ASEAN bisa dikatakan belum cukup berperan sejak awal bergabungnya pada tahun 1997.  Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi geografis Laos yang tidak memiliki pelabuhan laut sehingga mempersulit akses perdagangan.  Tentu saja letak geografisnya berdampak pada usaha-usaha pertumbuhan ekonomi yang sedang diupayakan.
            Negara yang pernah dipimpin oleh rezim sosialis ini kini mulai bebenah dan mempersiapkan diri untuk berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan ASEAN.  Salah satunya adalah visi land linked countrynya.  Laos berusaha meningkatkan keterbatasannya dalam hubungan antar negara dengan mengembangkan kekuatan dan kestabilan keamanan negara.
            Melihat letak geografisnya yang tidak memiliki pelabuhan, melainkan hanya bandara penerbangan, kiranya Laos tepat untuk menjadikan sektor kebudayaan sebagai investasi diplomatik.  Menarik kedatangan para wisatawan mancanegara, pelajar maupun pelaksana pemerintahan di negara lain untuk datang berkunjung dan mempelajari budaya negeri ini.  Langkah yang tepat untuk meningkatkan devisa negara dan untuk mengimbangi lemahnya sektor perdagangan.
               Salah satu aset wisata yang dapat dikembangkan sebagai wisata budaya adalah Luang prabang.  Luang prabang merupakan sebuah kota kuno yang terletak di Laos utara dan pernah dipilih UNESCO sebagai situs warisan dunia.  Pada jaman Raja Lan Xang kota ini dijadikan sebagai pusat kerajaan, kemudian pada pemerintahan raja Phothisarat administrasi kerajaan dipindahkan ke kota Vienteane.  Luang prabang merupakan pusat agama Budha di Laos dan memiliki pesona wisata yang cantik yang bisa dikembangkan sebagai daya tarik budaya yang menjanjikan.  Mengundang banyak wisatawan mancanegara dan domestik.

            Di tempat ini kita dapat menikmati indahnya air terjun yang airnya berbuih coklat seperti susu.  Menikmati aliran sungai mekong yang terkenal dan mempelajari kebudayaan Budha dan kuilnya yang mengagumkan.
            Letaknya yang berada pada lintas trans national crimes yang banyak digunakan sebagai jalur perdagangan narkoba dan penjualan manusia merupakan landasan yang tepat bagi Laos untuk membuka hubungan diplomatis dengan negara-negara yang mengelilinginya.  Salah satunya adalah dengan kerjasama keamanan perbatasan dan regional.  Pada sektor ini peran Laos dalam memberantas peredaran narkoba di wilayah ASEAN akan sangat penting.
           Sayangnya stabilitas keamanan Laos tidak didukung dengan kekuatan dan persenjataan yang mumpuni untuk memerangi jaringan criminal yang ada di perbatasan.  Dukungan dari negara-negara ASEAN untuk meningkatkan keamanan jalur perbatasan ini akan sangat bermanfaat dan membantu meningkatnya peran Laos dalam menjaga jalur ini.  Salah satu bentuk bantuan negara - negara ASEAN yang bisa diberikan adalah bantuan persenjataan dan latihan bersama dalam penjagaan perbatasan.
0

ASUS OLED WRITING Competition

atau

Intellifluence

Intellifluence Trusted Blogger

Blogger Perempuan

Blogger Perempuan

Part of BloggerHub

Total Absen


Pengikut